
Sejumlah koran harian terbit di Kaltim. Beberapa di antaranya sudah tidak terbit lagi dan beberapa di antaranya sempat beberapa kali merubah nama, jenis hurup surat kabar. Foto Akhmad Zailani
Sekilas Sejarah Surat Kabar Harian di Kaltim Era Reformasi
Presiden Soeharto mengundurkan diri tanggal 21 Mei 1998, rezim orde baru (orba) pun tumbang. Tuntutan reformasi yang diteriakan mahasiswa mulai membawa perubahan. Hasilnya, yang nampak terlihat, ibarat cendawan yang bermunculan di musim hujan, selain banyak partai politik berdiri, juga banyak bermunculannya surat kabar, tabloid dan majalah.
Era Presiden B.J. Habibie pasca orba, memiliki andil besar, untuk pers yang bebas. Padahal kebebasan pers merugikan posisinya sebagai presiden.
Berawal runtuhnya orba,menjadi titik awal kehidupan pers yang kembali bergairah. Selama rezim orde lama dan ditambah dengan 32 tahun di bawah rezim orba, pers Indonesia tidak berdaya seperti dipenjara, karena senantiasa dibayangi ancaman pencabutah surat izin usaha penerbitan.
Di era reformasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Hal ini disambut gembira kalangan pekerja pers. Karena tercatat beberapa kemajuan penting dibanding dengan undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pers (UUPP).
Dalam Undang-Undang ini, dengan tegas dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga negara (pasal 4). Itulah sebabnya mengapa tidak lagi disinggung perlu tidaknya surat ijin terbit, artinya terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, dan pelarangan penyiaran sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat 2.
Di Kaltim terbit beberapa surat kabar, banyak tabloid dan majalah yang terbit. Koran yang terbit harian masih bisa di hitung jumlahnya. Begitu pula dengan majalah yang terbit berkala. Ada yang terbit mingguan. Ada yang terbit bulanan. Ada yang tempo-tempo terbit. Kadang satu bulan sekali, kadang beberapa bulan sekali baru terbit. Kadang tidak terbit lagi. Namun untuk tabloid, sulit untuk mengetahui jumlahnya. Tabloid-tabloid ini bermunculan di tiap daerah kabupaten dan kota di Kaltim (termasuk Kaltara yang ketika itu masih bagian dari Kaltim). Bila tabloidnya sulit diketahui jumlahnya, saling banyaknya. Apalagi wartawannya. Di era reformasi siapa saja bisa jadi wartawan. Yang tidak bisa menulis berita pun mendadak menjadi (mengaku) wartawan. Tidak bisa menjadi wartawan tapi punya koran (tabloid). Siapa saja bisa bikin tabloid dan majalah. Untuk bikin koran yang terbit setiap hari sangat sulit. Karena perlu modal yang besar.
Tak hanya media cetak, juga media elektronik terutama radio dan media online atau internet. Untuk televisi, pernah ada TV Kaltim, mlik Agus Suwandi, seorang pengusaha dan politisi, yang beberapa kali menjadi anggota DPRD Kaltim.
Surat Kabar Harian (SKH)
Di Kaltim sebelum reformasi hanya ada dua surat kabar harian (SKH). SKH Manuntung, yang kemudian berubah nama menjadi Kaltim Post dan SKH Suara Kaltim, yang berganti nama menjadi SKH Swara Kaltim. Kaltim Post termasuk grup Jawa Pos. Sementara SKH Suara Kaltim, adalah koran yang dikelola orang daerah, seperti slogan Suara Kaltim kala itu; korannya orang Kaltim.

Suara Kaltim adalah surat kabar harian lokal. Terbit di Samarinda dan dikelola orang-orang daerah. Dulunya, sekitar sebelum tahun 1990-an, Suara Kaltim sempat terbit mingguan. Ukuran tabloid. Sepertinya halnya Mingguan ManuntunG, yang terbit di Balikpapan, sebelum akhirnya “dibeli” Jawa Pos grup, lalu berubah menjadi koran harian ManuntunG, lalu berubah menjadi koran Kaltim Post seperti sekarang.
Suara Kaltim terbit 16 halaman. Ukuran kertasnya lebih lebar dari bentuk koran Kaltim Post sekarang. Ukuran Suara Kaltim kala itu seperti ukuran koran kompas. Berbeda dengan SKH ManuntunG, SKH Suara Kaltim terbit setiap hari kecuali hari minggu libur.
Beberapa di antara wartawan yang dulunya di ManuntunG kemudian bergabung di Suara Kaltim. Di antara wartawan senior, H Achmad Noor, Aan G Rustam, H Sadilah Hasbullah (sempat bergabung ke majalah Bongkar kemudian pulang kampung ke Kalimantan Selatan, H Yadi AM, Muryadi Sahmi, H. Haboslhasan Ashari (terakhir setelah SKU suara Kaltim lalu berganti nama menjadi koran harian Swara Kaltim kembali bergabung ke Kaltim post, hingga pensiun tahun 2019), Irman Syahrial, Iskandar, Purwadi, Johansyah Ibrahim, dan beberapa nama senior lainnya. Sebelum Suara Kaltim berganti nama ada Hamdani, Imron Rosyadi dan ada beberapa nama lainnya.

Sekitar 5 tahun (1997-2001) sebelum berubah nama menjadi Swara Kaltim, SKH Suara Kaltim dikenal sebagai koran yang berani dan kritis.
Selain nama-nama di atas,di Suara Kaltim juga ada wartawan-wartawan muda yang produktif, di antaranya Suyatni Priasmoro (anggota DPRD Jatim 2019-2024, sebelumnya sempat menjadi calon bupati Magetan 2019-2014 , redaktur dan wartawan berita politik. Sebelum menjadi anggota DPRD Jatim 2019-2024, Suyatni sempat mengelola percetakan. Selain juga terjun ke politik untuk menjadi anggota DPRD Kaltim. Sempat menjadi Caleg melalui Partai Bintang Reformasi (PBR) namun gagal. Berikutnya maju kembali melalui Partai Gerindra, dan kembali gagal. Terakhir melalui partai Nasional Demokrat (NasDem) untuk DPRD Jatim periode 2019-2024 dan akhirnya terpilih.
Wartawan Suara Kaltim lainnya yaitu H Akhmad Zailani. Wartawan politik dan pemerintahan. Ketika Suara Kaltim berhenti cetak, sekitar tahun 2000 Akhmad Zailani bergabung tabloid Kutai Baru, yang kemudian berubah menjadi nama SKH Poskota Kaltim. Sebelum di Suara Kaltim, Akhmad Zailani sempat menjadi bergabung di majalah Fakta, sebagai responden wilayah Kaltim (1990-1997). Tahun 2001, Akhmad Zailani kemudian menerbitkan tabloid Habar Samarinda. H Achmad Amins yang ketika itu masih Wakil Walikota sebelum terpilih sebagai Walikota Samarinda periode 2000-2005 sempat menjanjikan, Habar Samarinda dibantu untuk menjadi surat kabar harian. Mesin cetak akan dibelikan. Sayangnya, hingga akhir periode yang kedua sebagai Walikota Samarinda (2005-2010), mesin cetak yang dijanjikan tidak ada. Habar Samarinda, kemudian berubah menjadi tabloid Samarinda Baru. Nama Samarinda Baru ini sempat mengilhami Walikota Achmad Amins untuk menamakan bandara udara (bandara) di Sungai Siring dengan nama Bandara Samarinda Baru. Selain menerbitkan tabloid Samarinda Baru, di masa periode Achmad Amins (2000-2005 dan 2005-2010) Akhmad Zailani juga menerbitkan majalah Metro, yang terbit setiap bulan sekali, 2 tabloid keagamaan, tabloid Qalam dan tabloid Qolbu. Juga sempat bekerjasama dengan Dispenda Samarinda menerbitkan tabloid Info, yang berisikan informasi tentang Perda-perda dan transparansi APBD Samarinda. Di saat Pilkada, Akhmad Zailani juga membuat tabloid sebagai “perang media” dengan kandidat walikota-wakil walikota. Di Pilkada atau Pilwali Samarinda periode 2005-2010 Akhmad Zailani menerbitkan tabloid Suara Hati, tabloid Suara Rakyat, tabloid Rakyat Bersatu, Palaran Pos, Sungai Kunjang Pos dan beberapa tabloid lainnya. Tabloid-tabloid itu hanya terbit beberapa kali di masa Pilkada saja. Saat kampanye hingga hari pencoblosan atau pemungutan suara. Setelah tidak lagi menerbitkan media, Akhmad Zailani kemudian membuat media online. Untuk kembali “menghidupkan” Suara Kaltim, yang namanya “tidak lagi dipakai”, Akhmad Zailani membuat suarakaltim.com. Lalu kemudian membuat media online lainnya : Kaltimampunku.com, media online yang lebih memperbanyak tulisan mengenai sejarah dan peristiwa tentang Kaltim tempo doeloe.
Wartawan Suara Kaltim lainnya yaitu, Charles Sihaan, yang menjadi redaktur berita hukum dan kriminal. Setelah keluar dari Suara Kaltim, Charles Sihaan bersama Rukiah Hamzah istrinya kemudian ke Nunukan, menerbitkan tabloid Nunukan News, setelah Nunukan News tidak terbit lagi, Carles Siahaan kemudian ke Samarinda lalu menerbitkan majalah Bongkar. Charles Siahaan tetap konsiten di jalur pers, setelah majalah Bongkar yang sempat sukses berhenti terbit, hingga membuat media online, yaitu : beritakaltim.co dan beritakaltara.co.
di Suara Kaltim juga ada Syarifuddin, wartawan Hukum dan Kriminal. Syarifuddin sempat sesaat bergabung di SKH Koran Kaltim, keluar dari Koran Kaltim kemudian menerbitkan majalah Publika, media kerjasama dengan Humas DPRD Kaltim, hingga akhirnya Syarifuddin terjun ke politik. bergabung ke Partai Amanat Nasional (PAN). menjadi caleg DPRD Kaltim dari PAN periode 2014-2019. Namun gagal. Saat Pemilihan legislatif (Pileg) periode 2019-2024, Syarifuddin kembali maju dan terpilih, kemudian menjadi anggota DPRD Kutai Kartanegara periode 2019-2014.
Fajri Tridalaksana (yang kemudian ikut terlibat mendirikan SKH Koran Kaltim, sebelumnya sempat bergabung di SKH Kutai Baru. Nama lain di SKH Koran Kaltim, yang turut berperan yaitu Syarkowi V Zahri, mantan wartawan Kaltim post yang kemudian menjadi anggota DPRD Kaltim 2009-2014, 2014-2019, 2019-2024).
Nama wartawan Suara Kaltim lainnya, yaitu Abdul Azis. Dari SKH Suara Kaltim, Abdul Azis kemudian menerbitkan koran harian sendiri. Namanya EXPRESS Inovasi. Slogannya cepat, akurat dan membangun. Terbit 12 halaman. Cover depan dan belakang berwarna, bagian dalam hitam putih. Berwarna kecuali ada momen-moment tertentu, yang memberikan masukan pendapatan untuk perusahaan. Express semula diterbitkan dan dicetak atas nama CV Tunggal Lingai. Kemudian, karena yang media harus memiliki badan hukum yang lebih besar (kualifikasi modalnya), Express kemudian berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT); PT Express Inovasi Media. Selain Abdul Azis sebagai pimpinan umum/penanggung jawab, di box redaksi dan manajemen ada nama Suryani, yang juga istri Abdul Azis sebagai pimpinan perusahaan. Redaktur Pelaksana Kadrie Ruslie. Alamat Jalan P.M Noor Perumahan Griya Mukti Sejahtera Blok K Nomor 3 Sempaja.
Walaupun ukuran koran hariannya sempat lebih kecil dari ukuran tabloid, namun koran harian Express sempat bertahan beberapa tahun, sebelum akhirnya berhenti terbit atau “istirahat” meminjam istilah Abdul Azis. Abdul Azis memiliki peralatan mesin cetak sendiri. Itulah yang memudahkan dia untuk membuat koran harian, walaupun koran hariannya termasuk yang paling kecil dibandingkan koran harian lainnya di Kalimantan Timur pasca orde baru. Selain mesin cetak, Abdul Azis juga memiliki bangunan sendiri, yang cukup luas untuk meletakkan mesin cetak dan peralatan cetak lainnya. Setelah EXPRESS tidak lagi terbit, Abdul Azis kemudian menerbitkan tabloid Berita Rakyat, yang terbit setiap minggu sekali. Di saat Pilkada Abdul Azis juga menerbitkan tabloid. Bahkan tak hanya di Pilwali Samarinda, di Pilbup Penajam Paser Utara, Abdul Azis juga memainkan peranan melalui tabloidnya. Di Pilwali Samarinda, Abdul Azis sempat menerbitkan media Proletar. Ukurannya lebih kecil dari tabloid umumnya. Jika ukuran tabloid lebar sekitar 30-an cm dan panjang sekitar 45 cm, maka ukuran media Proletar lebar 24 cm dan panjang sekitar 33 cm. Mungkin lebih besar, bila meminjam istilah H Oemar Dachlan dalam mengggambarkan koran perjuangan saat Hindia Belanda dulu, sebagai “koran sapu tangan”.
Selain nama-nama di atas, ada banyak wartawan Suara Kaltim lainnya. Di antaranya Syaiful Aulia yang kemudian membuat media sendiri di Tenggarong. Sebelumnya Syaiful sempat bergabung di tabloid yang didirikan Mugni Baharuddin dan Hamdani, yaitu tabloid Menara. Nama lain, ada Helda Mildiana, yang kemudian pindah ke Tanjung Redeb Berau. Hilda Mildiana tetap menjadi wartawan perwakilan untuk beberapa media, di antaranya Poskota Kaltim. Helda sempat aktif sebagai pimpinan Paswas pemilu di Kabupaten Berau. Helda juga sempat menjadi Caleg. Namun kurang beruntung. Juga ada Tri Wahyuni, yang juga sempat menjabat pimpinan Komisi Pemilihahan Umum (KPU) Samarinda selama 5 tahun. Selain itu ada Suarno, dari SKH Suara Kaltim kemudian ke SKH Koran Kaltim dan kemudian sempat menjadi pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia daerah (KPID) Kaltim. Lalu ada Syamsul Arifin, setelah dari Suara Kaltim akhirnya bergabung di Humas pemprov Kaltim membantu meliput dan menulis berita-berita untuk kegiatan Pemprov Kaltim. Di Suara Kaltim, Endro S Effendi juga sempat magang, beberapa bulan sebelum berhenti terbit. Endro kemudian bergabung ke grup Kaltim Post. Lalu menangani SKH Berau Post, grup Kaltim Post. Selanjutnya Endro S Effendi juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim di periode 2014-2019, 2019-2024
Di tahun 2001, terbitlah tabloid Kutai Baru. Pemimpin Utama/pemimpin Redaksi Irman Syahriar. Walaupun Irman Syahrial dan Tatang Dino Hero masih bersaudara kandung, tapi masing-masing memiliki koran harian sendiri. Irman Syahrial adalah adik kandung Tatang Dino Hero. Selain Irman Syahriar, adik Tatang Dino Hero lainnya yang menggeluti media cetak, yaitu Iwan dan Erwin Yuniar. Iwan redaktur olahraga sedangkan Erwin, adik Iwan menjabat Wakil Pimpinan Perusahaan.
SKH Suara Kaltim diterbitkan melalui badan Yayasan Lestari Press, sebagai anggota Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) yang kemudian berubah menjadi Serikat Perusahaan Pers (SPS). Serikat Perusahaan Pers (SPS) merupakan wadah berkumpulnya para penerbit pers (cetak). Suara Kaltim didirikan sejak 5 Oktober 1972. Memiliki SIUPP nomor 040/SK/Menpen/SIUPP/A.6/1986 tanggal 15 Februari 1986. Nomor ISSN : 0215-5095. Pemimpin Umum Suara Kaltim HM Fuad Arieph. Pemimpin Perusahaan H Asmuran, Pemimpin Redaksi/Penanggung jawab Tatang Dino Hero.

Selanjutnya SKH Suara Kaltim kemudian berubah nama menjadi SKH Swara Kaltim. Slogannya tetap; Korannya Orang Kaltim. Diterbitkan melalui PT Swara Kaltim Mandiri. Di SKH Swara Kaltim ini, Irman Syahrir sebagai direktur. HM Fuad Arieph sebagai Komisaris Utama dan Tatang Dino Herro, selain sebagai Direktur Utama juga sebagai pemimpin redaksi/penanggung jawab. Alamat kantor utama redaksi dan pemasaran Jl Kartini No 1 Samarinda. Di tahun 2013, SKH Swara Kaltim tidak lagi terbit dalam ukuran besar seperti diakhir akhir terbit SKH Suara Kaltim. SKH Swara Kaltim terbit dalam ukuran tabloid.Terbit 16 halaman. Cover depan belakang berwarna, bagian dalam berwarna hitam putih. Harga eceran Rp. 2000.

Sebelum terbit menjadi koran harian, di tahun 2000, Irman Syahrial membuat tabloid Mingguan Umum Kutai Baru. Media ini terbit dalam ukuran tabloid. Pendiri H Syaukani HR (bupati Kutai Kartanegara 2009-2004 dan 2005-2006, semestinya hingga 2010, namun tersangkut kasus korupsi), Pimpinan umum/pimpinan redaksi H Irman Syahrial, pimpinan perusahaan S Imam Santoso, Wakil pimpinan perusahaan Firhad Finandar, redaktur pelaksana H Habolhasan Asyari. Didukung jajaran redaksi H Purwadi, H Akhmad Zailani, Tata usaha Kamaruddin, layout Arbani, Nurjali dan Munandar. Mingguan Umum Kutai Baru diterbitkan Yayasan Pers Intelektual Masyarakat Kutai (SIUPP Nomor 1713/SK/Menpen/1999. Slogan Mingguan Umum Kutai Baru tertulis Aspirasi Masyarakat Madani. Terbit 16 halaman, Halaman depan, belakang, halaman tengah (halaman 8 dan 9) berwarna, selebihnya hitam putih. Harga eceran Rp. 1.500.

Setelah terbit beberapa edisi, tabloid Mingguan Umum Kutai Baru melalui PT Raja Kutai Baru, selanjutnya menjadi koran harian, yang terbit dengan ukuran besar. Seperti koran Suara Kaltim. Koran Harian Kutai Baru menggunakan mesin cetak yang sama dengan Suara Kaltim.


Irman Syariar, sebelum menjadi pemilik SKH Kutai Baru, yang kemudian menjadi Poskota Kaltim, sempat menjadi kepala perwakilan SKU Suara Kaltim di Tenggarong. Selain menerbitkan Poskota Kaltim, Irman Syahriar bersama Firhat Finandar juga menerbitkan SKH Matahari Kaltim, yang kemudian berubah nama menjadi SKH Kaltim Times. Nama matahari tetap ada, namun dibuat kecil di atas kata Kaltim.

Koran harian lainnya yang terbit di Kaltim yaitu Harian Non Stop Kaltim. Masih masuk grup Kaltim Post. Di kotak redaksi H Zainal Muttaqin sebagai Direktur Utama, Pimpinan Perusahaan SB Silaban, redaktur eksekutif H Agus Winarno, staf redaksi Suriansyah Achmad, Agus Susanto, Ratry Pusparini, Iklan/sekretaris redaksi Maulida Rahmah. Alamat redaksi/pemasaran RE Martadinata.

Grup Kaltim Post/Jawa Pos National Network yang pernah terbit lainnya yaitu Jaya Pos dan Koran Harian Sore Radar Kaltim (Jawa Pos Grup/JPNN), seukuran tabloid. Di tahun 2003 harian Non Stop Kaltim dijual Rp. 1000. Hingga tahun 2019, kedua koran ini sudah lama tidak terbit lagi. Selain koran harian, Grup Kaltim Post juga pernah menerbitkan tabloid keluarga Mommy.
Selain Harian Non Stp Kaltim, Harian Jaya Pos dan Koran Sore Radar Kaltim (JPNN), Grup Kaltim Post juga menerbitkan Samarinda Pos ( Samarinda Pos berdiri sejak tanggal 17 Maret 1999 dan diterbitkan melalui badan hukum PT Duta Media Kaltim Press. Di awal terbit jumlah halaman Samarinda 12 halaman, selanjutnya sampai tahun 2019, bertambah hingga 24 halaman). , SKH Balikpapan Pos (sebelumnya bernama Post Metro Balikpapan) yang terbit di Balikpapan,

SKH Berau Post yang terbit di Berau. Berau Post, koran anak perusahaan Kaltim Post, cucu dari Jawa Pos. Berau Post terbit di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau pertama kali pada 21 Mei 2012. Penerbitan perdana itu sekaligus menjadi ulang tahun Berau Post. Terbit perdana 16 halaman dengan dua sesi, Berau Post menjadi koran pertama dan satu-satunya di Berau yang terbit pagi hari karena didukung dengan mesin cetak sendiri. Kantor Berau Post berada di Gedung Biru Berau Post Jalan Bukit Ria No 3, Kelurahan Gunung Panjang Kecamatan Tanjung Redeb. Kantor berlokasi di lahan seluas 30 x 60 meter, dengan integrasi kantor redaksi sekaligus percetakan.
Bontang Post terbit di Bontang dan diluncurkan pada hari Minggu tanggal 14 November 2010. Acara peluncuran ini dipuncaki dengan pelepasan balon bertuliskan “Bontang Post”, yang dilakukan oleh Walikota Bontang, Sofyan Hasdam. Dengan motto “mencerdaskan & menginspirasi”.

Di Kalimantan Utara, grup Kaltim Post menerbitkan koran harian Tarakan Post, Harian Rakyat Kaltara dan SKH Kaltara Pos. Kaltara Pos merupakan surat kabar harian yang berpusat di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Harian Kaltara Pos adalah anak perusahaan dari Radar Tarakan dan Kaltim Post yang juga merupakan Jawa Pos Grup. Mengusung slogan “Anti Menyajikan Informasi Basi!”, surat kabar ini resmi diluncurkan pada tanggal 1 Mei 2012 setelah sehari sebelumnya melakukan edisi uji coba.
Tidak hanya di Kaltim dan Kaltara, grup Kaltim Post juga melbarkan sayap bisnis surat kabar hariannya hingga ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Di Kalsel ada Radar Banjarmasin, di Kalteng ada Kalteng Pos dan Radar Sampit.
Radar Banjarmasin adalah koran harian yang terbit di Kalimantan Selatan sejak 25 Januari2001. Radar Banjarmasin adalah bagian dari jaringan media nasional, Jawa Pos News Network dengan induk harian Jawa Pos. Saat ini, Radar Banjarmasin terbit dengan 24 halaman dengan tiga seksi: Halaman Utama, Radar Banua dan Radar Sports.

Kaltim Post (Jawa Post Grup) terus mengembangkan usaha bisnis medianya. Selain media cetak, Kaltim Post grup melalui PT Radio Swara Kreasi Samarinda juga membuat stasiun radio KPFM 96,8 Samarinda, yang mengudara sejak tahun 2007 dan KPFM 95,4 Balikpapan. Juga ada Samarinda TV dan Balikpapan TV.

Surat Kabar Harian lokal yang terbit di Kaltim lainnya di era reformasi selain grup Kaltim/Jawa Pos Group, yaitu SKH Koran Kaltim dan SKH Kalpost. Kedua koran harian lokal ini sepenuhnya dimodali oleh orang daerah. Seperti halnya SKH Express.

Koran Kaltim yang berdiri sejak 22 November 2006 masih terbit hingga 2019 sekarang. Begitu pula dengan SKH Kaltpost. Kedua koran harian ini terbit seukuran tabloid. Karena berbeda mesin cetak dengan grup Kaltim Post, yang ukuran korannya lebih panjang (grup koran Kaltim Post lebih lebar 2-3 cm dan lebih panjang sekitar 20 cm dari SKH Koran Kaltim dan SKH Kalpost). Koran Kaltim terbit sejak 22 November 2006.

Koran harian lainnya yaitu Tribun Kaltim.Tribun Kaltim bagian dari Tribun Network yang dikelola oleh PT. Mahakam Media Grafika, anggota dari Kelompok Kompas Gramedia.Tribun Kaltim pertama terbit pertama kali tanggal 8 Mei 2003 ini.
Penulis/Editor : Akhmad Zailani
- Tulisan ini masih memerlukan kelengkapan tambahan data dan masih terus dilakukan pengembangan, perubahan atau perbaikan dari beberapa yang belum memberikan klarifikasi dari beberapa pihak terkait dengan media untuk penyerpurnaan tulisan.